Gelombang laut akan menjadi alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan listrik di tanah air. Ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Zamrisyaf, pegawai pusat penelitian dan pengembangan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Sejak tahun 2002, Zamrisyaf telah memulai penelitian pemanfaatan energi gelombang untuk menghasilkan listrik. “Lamanya penelitian ini dikarenakan tidak adanya sponsor bahkan beberapa penelitian menggunakan uang saya sendiri,” kata Zamrisyaf saat wawancara khusus dengan VIVAnews.com, Jumat 21 Januari 2011.
Zamrisyaf memulai penelitiannya saat masih bekerja di PLN Wilayah Sumatera Barat. Sejumlah uji coba telah dilakukannya sebelum karyanya tersebut dipatenkan sentra HAKI Universitas Andalas tahun 2002.
Ide memanfaatkan gelombang laut, cerita dia, muncul secara tidak sengaja saat dia diminta pihak Yayasan Pembangunan Mentawai untuk mencari sumber pembangkit listrik mikro hidro (PLTMH) pertengahan tahun 1990.
Perjalanannya ke Mentawai tersebut tidak membuahkan hasil karena tak satu pun sumber air yang bisa dijadikan sebagai pembangkit listrik.
Namun, perjalanan dengan kapal laut dari Mentawai ke Padang memberikan inspirasi baginya tentang kekuatan gelombang. “Dalam perjalanan tersebut saya merasakan goyangan kapal terombang ambing dengan gelombang laut. Alam pikiran saya berbicara, kapal yang begini berat dan sarat muatan terombang ambing dengan gelombang laut, berarti energi gelombang laut cukup besar,” katanya.
Sejak itu, ia berpikir, untuk mengakomodasi energi gelombang menjadi energi mekanik yang menghasilkan listrik.
Meskipun belum menemukan teknologi yang tepat, perjalanan lautnya dari Padang ke Jakarta memberikan penemuan baru terkait teknologi bandul untuk menghasilkan listrik.
Alat ini dinamakannya Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut-Sistem Bandulan (PLTG-SB). Ia mengaku telah melakukan penelitian sebanyak empat kali mulai tahun 2002, 2003, 2006, dan 2007. Saat uji coba tahun 2007 di Pantai Ulak Karang Padang, alat yang dibangunnya mampu menghasilkan listrik sebesar 300 watt meskipun belum bisa dikatakan berhasil.
”Insya Allah tahun ini (2011) kita uji labor di lab Perkapalan dan Kelautan ITS (Insititut Teknologi Surabaya),” katanya. Ia menargetkan, tahun 2012, PTGL-SB temuannya ini bisa digunakan untuk skala industri.
Dibanding dengan PLTGL-SB serupa yang berkembang di luar negeri, menurutnya, alat yang dihasilkannya memiliki per bedaan mencolok.
Turbin maupun bandul yang terpasang pada ponton sebagai wadah pengapung pembangkit tersebut tidak satu pun yang terkena air laut. Hal ini memberikan efektifitas mencolok tentang ketahanan alat yang digunakan.
Cara kerja alat ini cukup menarik. Ponton yang berfungsi sebagai kapal mengangkut bandul yang terintegrasi dengan dinamo. Untuk menghasilkan putaran dinamo yang maksimal, bandul dibantu dengan alat transmisi double-freewheel dan dintegrasikan dengan bantuan rantai.
Setiap gerakan air laut akan menggoyangkan bandul sehingga menggerakkan double-freewheel untuk memutar dinamo menghasilkan listrik. ”Jika telah telah berhasil dengan baik secara ekonomi investasinya akan sama dengan pembangkit PLTA,” kata Zamri.
Ia mencatat, alat ini sangat ramah lingkungan dan bisa bergerak kapan saja sesuai dengan keinginan (mobile). Terkait daya yang dihasilkan, ia mengaku, alat ini diharapkan mampu menghasilkan daya hingga mencapai 100.000 watt untuk satu unit pembangkit.
Alat ini telah dipresentasikan Zamrisyaf di hadapan Presiden SBY beberapa waktu lalu.
[ VIVAnews ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar